Berabad-abad masalah gerak dan penyebabnya menjadi topik utama dalam
filsafat alami (nama lama untuk fisika). Baru kemudian, dengan kemudian, dengan
kemunculan Galileo dan Newton, di peroleh kemajuan yang nyata, Isaac Newton di
lahirkan di inggris dalam tahun kematian Galileo adalah bangunan prinsip dari
mekanika klasik. Beliau memberikan hasil dari ide Galileo dan pendahulunya yang
lain kepada buah nyata yang di ungkapkan melalui ketiga hukumnya (pertama kali
kemukakan dalam tahun 1686) dalam bukunya Philosophiae
naturalis principhia mathematica,
yang di kenal sebagai principhia.
Sebelum jaman
Galileo, sebagian besar ahli filsafat berpendapat bahwa agar benda tetap
bergerak perlu ada pengaruh luar atau ’’gaya. “menurut mereka keadaan alami
benda adalah keadaan biang. Mereka yakin bahwa agar sebuah benda bergerak,
misalnya sepanjang garis lurus dengan laju konstan, di perlukan suatu pengaruh
luar yang medorong terus menerus, bila penggerak luar ini tidak ada, benda akan
berhenti dengan sendirinya.
Jika gagasan ini
akan di uji secara eksprimen, pertama-tama harus di cari cara untuk di bebaskan
benda dari semua pengaruh lingkungannya maupun dari semua gaya. Hal ini sulit
untuk di laksanakan, tetapi dalam beberapa hal tertentu gaya-gaya dapat di buat
sangat kecil. Jika gerak kita pelajari dengan membuat gayanya terus semakin
kecil, maka kita akan memperoleh gambaran bagai mana jadinya gerak tersebut
bila gayanya betul-betul nol.
Misalkan benda
uji, katakanlah sebuah balok, kita letakkan di atas bidang datar yang keras.
Jika balok ini di luncurkan sepanjang bidang, lambat laung geraknya berkurang
dan akhirnya berhenti sama sekali. Kenyataan inilah yang di gunakan orang untuk
mendukung gagasan bahwa gerak akan berhenti bila gaya luang, dalam hal ini
adalah gaya dorong awal oleh tangan, di tiadakan. Namun gagasan ini dapat kita
banta dengan pengeluaran sebagai berikut : andaikan percobaan tersebut kita
ulangi dengan menggunakan balok yang lebih halus dan bidang lebih licin dan di
bubuhkan juga minyak pelumas di antaranya. Nampak bahwa pengurangan kecepatan
terjadi lebih lambat dari pada tadi. Bila permukaan balok dan bidang di
perhalus lagi dan pelumas yang di gunakan lebih baik, maka laju (rate)
pengurangan kecepatan makin lambat dan balok meluncur semakin jauh sebelum
akhirnya berhenti. Bila hal ini perluas (diekstrapolasikan) untuk keadaan
benar-benar tampa gesekan untuk mengubah kecepatan gerak benda di butuhkan gaya
luang tetapi untuk mempertahankan kecepatan tidak di butuh gaya luar sama
sekali. Misalnya dalam percobaan tadi, dengan memberikan gaya pada balok untuk
memulai gerakannya. Bidang kasar memberikan daya untuk memperlambatnya. Kedua
gaya ini menghasilkan perubahan kecepatan, jadi juga menimbulkan percepatan.
Prinsip ini di
angkat Newton sebagai yang pertama dari ketiga hukum geraknya. Newton
mengungkapkan hukum pertamanya dengan kata-kata sebagai berikut
“setiap benda akan tetap berada dalam
keadaan biang atau bergerak lurus beraturan kecuali jika ia di paksa untuk
mengubah keadaan itu oleh gaya-gaya yang berpengaruh padanya”.
Sesungguhnya titik Newton pertama ini
memberikan peryantaan tetang kerang kacuan. Pada umumnya percepatan suatu benda
bergantung kepada kerangka acuan mana ia di ukur. Hukum pertama menyatakan
bahwa jika tidak ada benda lain di dekatnya (artinya tidak ada gaya yang
bekerja, karena setiap gaya arus di kaitkan dengan gaya dalam lingkungannya)
maka dapat dicari suatu keluarga kerangka acuan sehingga suatu partikel tidak
mengalami percepatan. Kenyataan bahwa tanpa gaya luar suatu benda akan tetap
diam atau tetap bergerak lurus beraturan sering dinyatakan dengan memberikan
suatu sifat pada benda yang disebut inersia (kelembaman), karena itu hukum
Newton pertama sering disebut hukum inersia dan kerangka acuan di mana hukum
ini berlaku disebut kerangka inersial. Kerangka acuan ini sering dianggap diam
terhadap bintang yang sangat jauh.
Hampir semua
masalah dalam buku ini menggunakan hukum-hukum mekanika klasik menurut
pandangan pengamat dalam kerangka acuan inersial. Masalah mekanika dapat juga
dipecahkan dengan menggunakan kerangka acuan non-inersial, seperti misalnya
kerangka yang berotasi terhadap bintang yang tetap, tetapi dalam hal ini kita
harus memasukkan gaya-gaya yang tidak dapat dikaitkan dengan benda-benda dalam
lingkungan. Masalah ini akan dibahas dalam pasal 6.11 dan 16. Kerangka acuan
yang melekat pada bumi dapat dipandang sebagai kerangka acuan inersial untuk
banyak keperluan praktis. Dalam pasal 16 akan kita lihat bagaimana ketelitian
pendekatan ini.
Perhatikan bahwa
tidak ada perbedaan hukum pertama bagi benda diam maupun yang bergerak dengan
kecepatan konstan. Tanpa gya luar keduanya adalah “natural” (alamiah). Hal ini
menjadi jelas jika sebuah benda yang diam pada salah satu kerangka inersial
dilihat dari kerangka inersial kedua, yaitu kerangka yang bergerak dengan
kecepatan tetap kerangka yang pertama. Pengamat dalam kerangka kedua melihat
benda tersebut bergerak dengan kecepatan tetap. Kedua pengamat melihat bahwa
benda tidak mengalami percepatan, tidak ada perubahan kecepatan. Dari hukum
pertama keduanya berkesimpulan bahwa tidak ada gaya luar bekerja pada benda.
Tersirat juga
dalam hukum pertama bahwa tidak ada perbedaan antara pengertian tidak ada gaya
sama sekali dengan ada gaya-gaya yang resultanya nol. Sebagai contoh, misalkan
buku ini kita dorong dengan tangan melawan gesekan yang bekerja padanya, maka
buku akan bergerak dengan kecepatan tetap. Jadi bentuk lain pernyataan hukum
pertama adalah: jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja pada benda, maka percepatannya a adalah nol.
Jika antara
benda dan benda lain dalam lingkungannya ada
interaksi, maka keadaan gerak “alami” benda dapat berubah. Untuk itu kita perlu
memahami dahulu konsep gaya dengan baik.
0 komentar:
Post a Comment